Pages

Friday 30 January 2009

Tabungan kesalahan

Tabungan kesalahan

as published in herworld magazine


Salah satu teman saya pernah memberi saran, Kalau kamu mau punya tabungan atau dana cadangan yang bisa dipakai dalam kondisi mendesak, berikanlah semua penghasilanmu ke istrimu, karena wanita cenderung lebih bisa menabung dibanding laki-laki. Walaupun pendapat ini tidak diterima sepenuhnya oleh teman-teman yang lain, tapi ada satu hal yang kita bisa sepakati bersama dalam hal tabung menabung ini. Yaitu, wanita sangat pandai dalam menabung kesalahan kaum pria! Nah lho, apa lagi tuh?

Hampir tidak ada kaum pria yang tidak pernah berdebat atau bertengkar dengan wanita. Entah dengan istri, pacar, adik atau ibunya. Hal yang tidak bisa kami mengerti adalah, apapun materi perdebatan atau pertengkarannya, hampir semuanya berakhir dengan kesalahan yang ada di kaum pria. Apabila dalam materi utama perdebatan sang wanita yang jelas-jelas kalah, maka mereka akan dengan cara yang ajaib akan memutarbalikkan kata-kata dengan fakta-fakta lama ataupun baru sehingga posisi pria berada pada pihak yang salah atau paling tidak mereka berimbang.

Membingungkan? Begitulah yang kami pikirkan. Contoh kasus yang paling mudah tentunya di rumah. Sering sekali kita diomeli oleh ibu kita mengenai hal-hal kecil

“Kata Papa, kamu kemarin harus bayar denda perpanjangan STNK ya?”
“Iya Ma, soalnya waktu lagi ngurus suratnya, datanya susah dicari di kantor polisi. Karena udah sore, terpaksa datang lagi besoknya dan kena denda deh.”
“Kan Mama udah bilang, kalo ngurus surat-surat itu ngga bisa mepet-mepet.”
“Lha, Mama kan ngasih uangnya baru minggu lalu.”
“Kamu kan harusnya udah siapin kalau bisa sebulan sebelumnya. Jadi begitu Mama kasih uangnya, kamu tinggal berangkat ke kantor polisi. Kalau udah gini kan jadi rugi kita. Kamu itu apa-apa selalu dianggap gampang. Tugas kuliah ngga pernah dikerjain kalau belum deadline, belajar cuma kalau menjelang ujian. Nanti kalau kamu kerja mau jadi apa? Sekarang kamu kerjain apa yang kamu bisa kerjain deh. Kamar berantakan ngga pernah mau beresin ... bla ... bla ...”

Itulah salah satu ilustrasi yang paling umum dihadapi kaum pria. Cuma gara-gara kena denda STNK, jadinya malah disuruh beresin kamar. Padahal kan yang salah dalam urusan STNK itu jelas dari pihak kepolisian yang tidak memiliki filing yang baik. Tapi di ujung pembicaraan malah jadi si anak yang punya banyak dosa. Hebat memang.

Kalau di kasus yang melibatkan pria dan wanita yang sedang pacaran, kasusnya akan jauh lebih kompleks. Karena kalau si pria tidak cukup peka terhadap situasi yang sedang dihadapi, bersiaplah untuk menghadapi peperangan ngga penting yang bisa berakibat fatal ke arah PHK, alias Putus Hubungan Kekasih.

“Kamu itu janjian kok suka telat!”
“Kamu gimana sih. Aku kan udah bilang bakal telat sedikit. Tadi aku nunggu bos buat tanda tangan laporan, tau? Aku juga ngga pernah ngomel kalo kamu kena macet atau nunggu kamu yang lagi ngurusin mobil di garasi sementara aku harus duduk manis nemenin mama kamu ngobrol. Emangnya enak ya? Belum lagi kalo kamu bla ... bla ... bla ...”

Situasi selanjutnya sudah bisa ditebak. Rencana jalan-jalan hari itu akan berantakan karena sang wanita akan cemberut seharian atau malah acara yang sudah direncanakan seminggu sebelumnya akan batal sama sekali. Hal terburuk yang akan terjadi adalah keluarnya kalimat…

“Kalau gitu, mendingan kamu cari perempuan lain deh”

Nah lho, pusing kan? Ada teman saya yang memberi pepatah sederhana, kalau kamu adu argumen sama perempuan, menang jadi babu, kalah jadi karang (pepatah aslinya: menang jadi abu, kalah jadi arang). Maksudnya, kalaupun pria menang argumen, bersiaplah untuk jadi babu karena wanita tidak akan membiarkan pria menang argumen untuk alasan apapun, setidaknya dia akan merepotkan si pria sampai merasa seperti jadi babu. Dan kalau dalam argumen itu si pria kalah, bersiaplah untuk jadi karang yang cukup kuat untuk menghadapi badai omelan dari wanita, hahaha.

Terkadang, adu argumen atau pertengkaran terjadi untuk hal-hal yang paling tidak terpikirkan dalam otak kaum pria.

“Sayang, aku mending pake sepatu yang coklat atau biru, ya?”
“Hmm, yang coklat.”
“Emangnya kenapa kalau yang biru? Jelek ya? Kan aku suka pake yang biru. Jadi kemarin waktu aku pake yang biru itu jelek? Kamu suka ya kalau lihat aku jelek? Kamu gimana sih. Kalau emang udah ngga suka sama aku dan pengen cari perempuan lain, bilang aja. Atau kamu emang udah ada perempuan lain ya? Ngaku aja. Udah ah aku ngga jadi pergi hari ini, kamu pergi aja sama selingkuhan kamu itu ... bla ... bla ... bla”

Saya bisa membayangkan ekpresi sang pria itu. Entah pacar atau suaminya, yang pasti dia akan bingung setengah mati. Salah gue apa ya? Apakah kemarin waktu dia ngga ngasih komentar tentang sepatu yang biru itu termasuk kesalahan?

Ada satu hal lagi yang perlu kami catat dalam hal tabungan kesalahan ini. Jangka waktu tabungannya jauh lebih lama dibanding semua jenis tabungan yang ada di dunia ini. Jadi jangan berharap pria yang pernah ketahuan selingkuh akan aman dan sejahtera hidupnya setelah sang istri memaafkan kesalahannya. Saya pernah secara tidak sengaja menengar perdebatan orang tua salah satu teman saya, dan sang ibu dengan tegas mengungkit kesalahan sang ayah yang pernah ditaksir sama sekertarisnya 40 tahun yang lalu! Padahal kan tidak terjadi perselingkuhan pada waktu itu. Luar biasa.

No comments:

Post a Comment