Pages

Friday 30 January 2009

Lirikan maut

Lirikan maut

As published in herworld magazine april 2008

Beberapa hari yang lalu saya melihat salah satu tayangan infotainment. Topik yang dibahas pada hari itu tentang salah satu pasangan bahagia yang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Ketika sang pria ditanya mengenai ketetapan hatinya untuk menikah dan meninggalkan kehidupan bujangan yang serba bebas, dia hanya tertawa dan berkata “Yah kalau maunya bebas terus sih, kapan bisa punya keluarga? Lagian dia ini cukup bebas kok, aku ngga banyak diatur-atur, kalau cuma lirik-lirik perempuan lain sih, ngga apa-apa, hahaha” sambil melihat ke arah sang calon istri. Sementara saya yakin hampir semua pemirsa TV pada saat itu bisa melihat raut muka sang perempuan yang sama sekali tidak setuju dengan pernyataan itu. Rupanya sang pria menyadari hal itu, “Yaa, kan cuma ngelirik doang, yang. Ngga apa apa dong. Hehe”

Apakah sang perempuan cukup puas? Saya yakin tidak. Sebagaimana halnya mayoritas perempuan yang saya kenal. Ketika mereka ditanya “Bolehkah pasanganmu ngelirik perempuan lain, lagi jalan-jalan ataupun di lingkungan rumah?” Kata TIDAK sebagai jawaban mereka tidak akan membutuhkan waktu sampai 1 detik untuk keluar dari mulut.

Pernah suatu waktu kami ngongkrong di salah satu mal terkenal di Jakarta. Sebagai serombongan laki-laki normal, tentunya kami hampir selalu mengomentari perempuan-perempuan yang lewat dengan berbagai dandanan. Diantara kami ada seorang teman yang mengajak pacarnya ikut nongkrong dengan kami. Melihat kelakuan kami yang 'sangat laki-laki' tersebut, dia berkomentar (dengan sewot tentunya) “kenapa sih laki-laki kelakuannya sama di semua tempat? ngga abg, ngga kakek-kakek, kalau liat perempuan kinclong dikit, berisiknya setengah mati, huh” Kami hanya saling lihat, terus ketawa berbarengan.

Masalah larangan lirik melirik ini ternyata sudah menjadi harga mati di kalangan perempuan semua usia. Saya pernah punya tetangga sunda yang sudah berusia lanjut, suatu sore hari yang cerah, saya sedang duduk di depan rumah mendengar omelan sang nenek “euleuh si aki, kalahkah diuk dihareup ningalian awewe nu liwat. itu cai jang mandi geus siap .......” (gimana sih si kakek, malah duduk di depan ngeliatin perempuan yang lewat. Itu air buat mandi sudah siap ......) entah beliau sewot karena si kakek belum mandi atau sewot karena lihat perempuan lain, yang pasti nenek itu ngomel panjang pendek sampai akhirnya si kakek masuk ke dalam rumah untuk mandi.

Salah satu teman perempuan saya pernah dengan sewot mempertanyakan hal ini

“Kenapa ya kalau di Mal tuh mata laki-laki berubah jadi kayak serigala lapar? Memang sih perempuan cantik makin banyak, tapi kan ngeliatnya ngga perlu kayak gitu, kepala sama badan sampe muter ngikutin gerakan itu perempuan. Memang sih kita jug suka ngeliat laki-laki. Mungkin lebih sering daripada laki-laki ngeliat perempuan. Yang ganteng, lucu, apalagi yang badannya ngebentuk bagus, hmm. Tapi kan kita cukup ngelirik aja, ngga perlu sampai noleh, apalagi sampe badannya ikut muter, huh!”

Saya sih cuma diem aja sambil tersenyum. Tapi ternyata unek-unek itu belum selesai

“Coba kalau kita yang ngelakuin hal itu. apa ngga pada sebel tuh laki-laki?”

“Yaa, kalau mau ngelakuin hal yang sama sih terserah aja. Kita kan cuma meneruskan tugas dan bakat yang diberikan oleh ayah kita. kenapa mesti sewot?”

“Memangnya laki-laki ngga keberatan kalau pacarnya ngeliatin cowo' lain?”

“Kenapa mesti keberatan? silakan aja. Paling yang malu perempuannya juga, hehe”

Sementara dari kubu pria, argumen yang hampi pasti terdengar adalah “Tuhan sudah menciptakan wanita dengan bentuk yang sedemikian cantik. Makin hari jumlahnya makin banyak dengan variasi yang semakin canggih. Sementara kita punya mata yang memang di design untuk menikmati keindahan ciptaan Tuhan. Jadi kesalahan kita dimana? Ada mahluk cantik, kita lihat, selesai kan? Masih bagus kita liat perempuan, kalau kita udah mulai ngeliat laki-laki, kan mereka juga yang nanti repot ngga ada yang ngeliatin, hehe”

Yaa, begitulah memang laki-laki. Dengan kemampuan untuk melihat lebih jauh dari rata-rata jarak pandang perempuan, kami punya keistimewaan untuk mendeteksi mahluk cantik dari jarak jauh. Ngiler-ngiler dikit dan bengong bego adalah efek samping yang kadang tidak terhindarkan.

No comments:

Post a Comment